Selasa, 22 Februari 2011

Surat dari surga

Ketika lembar kertas kubaca.
Kubayangkan senyummu.
Menghias dibibirmu.
Saat kau mengingatku.
Karena kau tahu.
Akupun sangat merindukanmu.
Tak perlu kau teteskan air mata.
Bila kau sadari.
Aku tak lagi disampingmu.
Namun...
Pejamkamlah matamu.
Kau akan rasakan.
Aku berada didekatmu.
Karena.
Aku telah menempati hatimu.
Bersemayam dalam ruang sanubarimu.
Menangislah...
Ketika kau mengingatku.
Karena kenangan-kenangan indah kita.
Masa-masa indah bersamaku.
Takkan habis kau tulis.
Dalam buku harianmu.
Kini...
Aku pergi meninggalkanmu.
Meninggalkan tatapan mata indahmu.
Senyum manismu.
Dekapan hangatmu.
Dan ciuman mesramu.
Dari dunia yang lain.
Aku hanya dapat merasakan.
Bahwa cintamu abadi untukku.
Hingga kau tak mampu.
Berpaling dari cintaku.
Bila kau tahu.
Hati ini terisak.
Menatap mata indahmu yang kosong.
Langkahmu yang kian terseok.
Jiwamu yang terbelenggu.
Dan ragamu yang lunglai.
Kuingin.
Memohon pada Tuhan.
Mengembalikan jiwaku.
Dan izinkan aku.
Tuk memelukmu.
Membiarkan tangismu.
Tumpah didadaku.
Dan mohon maafku.
Karena cintaku telah membelenggumu.

Surat dari surga

Ketika lembar kertas kubaca.
Kubayangkan senyummu.
Menghias dibibirmu.
Saat kau mengingatku.
Karena kau tahu.
Akupun sangat merindukanmu.
Tak perlu kau teteskan air mata.
Bila kau sadari.
Aku tak lagi disampingmu.
Namun...
Pejamkamlah matamu.
Kau akan rasakan.
Aku berada didekatmu.
Karena.
Aku telah menempati hatimu.
Bersemayam dalam ruang sanubarimu.
Menangislah...
Ketika kau mengingatku.
Karena kenangan-kenangan indah kita.
Masa-masa indah bersamaku.
Takkan habis kau tulis.
Dalam buku harianmu.
Kini...
Aku pergi meninggalkanmu.
Meninggalkan tatapan mata indahmu.
Senyum manismu.
Dekapan hangatmu.
Dan ciuman mesramu.
Dari dunia yang lain.
Aku hanya dapat merasakan.
Bahwa cintamu abadi untukku.
Hingga kau tak mampu.
Berpaling dari cintaku.
Bila kau tahu.
Hati ini terisak.
Menatap mata indahmu yang kosong.
Langkahmu yang kian terseok.
Jiwamu yang terbelenggu.
Dan ragamu yang lunglai.
Kuingin.
Memohon pada Tuhan.
Mengembalikan jiwaku.
Dan izinkan aku.
Tuk memelukmu.
Membiarkan tangismu.
Tumpah didadaku.
Dan mohon maafku.
Karena cintaku telah membelenggumu.

Kamis, 10 Februari 2011

Puisiku

Kupersembahkan puisi ini.
Yang kurangkum.
Dari nafas kehidupanku.
Dari denyut emosi.
Dari langkah pemikiran.
Kurangkai kata.
Dari bait-bait keterpurukan.
Dari syair-syair kebahagiaan.
Bergerak bagai ombak.
Kadang tenang.
Kadang menghantam.
Kucurahkan.
Nada- nada pilu.
Senandung rindu.
Nyanyian kecewa.
Dan gita penuh luka.
Kutitipkan makna tulisan ini.
Untuk menjadi renungan abadi.
Bahwa aku pernah ada.
Menemanimu.
Dan...
Sampaikan padanya.
Melalui angin yang berhembus.
Atau bianglala.
Atau mega-mega.
Bahwa aku tak pernah berhenti mencintainya.
Bahkan aku akan menunggunya.
Hingga berakhirnya nafas kehidupanku.


Jakarta 10/2/2011:
jam 01:47