oleh Laily F Wildrosess pada 15 Februari 2011 jam 21:57
Ketika sang surya rebah dipelukan malam.
Cahaya rembulan lembut menyambut.
Diiringi tarian bintang.
Berpesta dengan gemerlap.
Menemani perempuan sepi.
Duduk disudut taman kota.
Angin malam melintas membelai.
Rambut hitam tergerai.
Kusut penuh debu.
Membasuh
Wajah sembab penuh beban.
Dan merantai.
Tatapan kosong penuh kerinduan.
Cinta ini lukanya.
Rindu ini deritanya.
Asa ini telaga nestapanya.
Merasuk.
Mencabik seluruh jiwanya.
Merobek seluruh sukmanya.
Perempuan sepi berjalan sendiri.
Dibawah langit biru membentang.
Tersaruk.
Dibawah cahaya rembulan.
Terhempas.
Dibawah gemerlapnya bintang.
Resah ini nafasnya.
Gelisah ini detak jantungnya.
Lelah ini pengisi hatinya.
Perempuan sepi berjalan sendiri.
Menapak diatas kerikil penuh duri.
Menyusuri lembah nestapa.
Mengais kenangan indah yang mulai pudar.
Perempuan sepi berjalan sendiri.
Melintasi malam yang kian renta.
Berselimut embun dan kerinduan.
Bersandar janji yang tak pasti.
Perempuan sepi berjalan sendiri.
Terhenti disudut jalan sunyi.
Diam tak peduli.
Akan penantian pada cinta yang telah pergi.
Perempuan sepi menanti.
Esok akan kembali.
Dan memandangi.
Seraut wajah yang telah mencampakkan.
Berjalan dihadapannya tanpa peduli.
Jakarta 15/02/2011
untukmu
yang tlh pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar